jump to navigation

Meski Pasar Besar, Disayangkan Sedikit Industri Tertarik Kembangkan Sel Surya February 15, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Sangat disayangkan sedikitnya industri yang tertarik memproduksi sel surya di Indonesia, padahal industri sel surya sedang “booming” di dunia dan sangat dibutuhkan banyak daerah terpencil dan kepulauan di Indonesia.

“Pasokan sel surya sekarang sulit, negara-negara pemasoknya seperti Jerman, Australia dan China kini sering menolak permintaan ekspor ke Indonesia, mereka sendiri butuh banyak,” kata Peneliti Puslit Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, Ika Ismed di Bandung, Kamis.

Kondisi geografis di banyak daerah Indonesia yang sulit dijangkau PLN, dan melimpahnya sinar matahari tropis membuat energi surya menjadi alternatif yang baik untuk memenuhi kebutuhan listrik perumahan.

LEN Industri sebagai satu-satunya industri yang bergerak dalam pengembangan modul surya dan komponen elektronik pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), ujarnya, juga “kewalahan” dengan pasokan yang semakin tersendat itu, padahal permintaan, khususnya dari Indonesia Timur, banyak.

Selain itu, Perpres no 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, kata Ika, telah menentukan sasaran pengembangan PLTS 2005-2025 mencapai kebutuhan sangat besar yakni 815 MWp (Mega Watt peak).

Mengapa industri tak tertarik pada pengembangan sel surya tersebut meski ke depan peluang pasarnya sangat besar, menurut dia, karena kurang kompetitif dibanding pengembangan energi listrik lainnya dan masih mahalnya harga sel surya impor.

LIPI sendiri, lanjut dia, sudah melakukan kerjasama riset bersama LEN sejak 2004 dan sudah menghasilkan prototipe sel surya silikon (Si) multikristal dengan dimensi 10x10cm2 dengan harga 3,3 dolar AS per sel.

“Meski dibanding sel surya impor yang harganya 3,2 dolar AS per sel, produk LIPI masih lebih mahal, tetapi jika diproduksi massal misalnya 5.000 sel per bulan atau lebih banyak lagi maka harganya akan menurun,” katanya.

Saat ini LEN, ujarnya, menjual modul surya (yang terdiri dari 36 sel surya impor) dengan harga Rp2 juta per modul, sedangkan harga PLTS 50 Wp seharga Rp3,5 juta yang bisa dipakai di perumahan dijamin mampu beroperasi hingga 15 tahun.

“Masalah mahalnya PLTS ini seharusnya bisa dipecahkan dengan berupaya menguasai teknologi fabrikasi ke arah hulu secara terencana dengan menguasai teknologi fabrikasi sel surya,” katanya.

Untuk mengembangkan PLTS, ujarnya, ada lima tahap, namun baru dua tahap yang dikuasai dengan menggunakan sel surya impor, yakni integrasi modul surya dan fabrikasi komponen elektronik serta fabrikasi modul surya.  

Sedangkan tahap ketiga yang lebih ke hulu, yakni fabrikasi sel surya, fabrikasi wafer silikon hingga tahap lima yakni penyediaan bahan subtrat belum dikuasai dan masih tergantung pihak luar, ujarnya. (Antara) Sumber : Suara Karya (28 September 2006)

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI (ENERGI HIJAU) February 14, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

a. Kebijakan Investasi dan Pendanaan

  1. Investasi di bidang energi terbarukan dan konservasi energi perlu terus ditingkatkan secara lebih merata dengan memberikan desempatan seluas-luasnya kepada kalangan swasta, koperasi BUMN, dan badan usa milik daerah (BUMD) Pemerintah Daerah perlu didorong agar dapat menciptakan iklim investasi energi terbarukan dan konservasi energi gunamenarik investor.
  2. Kegiatan pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi memerlukan dana yang besar. Untuk itu, perlu diciptakan suatu mekanisme pendanaan yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha di bidang energi terbarukan dan konservasi energi seperti dana bergulir, dana jaminan (loan guarantee), pinjaman lunak, dan mikrokredit.
  3. Untuk mendorong investasi di bidang energi terbarukan dan konservasi energi, perlu adanya beberapa kebijakan, antara lain: penciptaan iklim investasi yang memberikan rangsangan dalam segi finansial, moneter, dan fiskal; pemberian insentif investasi berupa mekanisme sistem investasi yang kondusif dan suku bunga rendah; peningkatan sistem dan mekanisme kemitraan di antara pelaku usaha dalam penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan dan konservasi energi.

b. Kebijakan Insentif

  1. Pada saat ini, kegiatan di bidang energi terbarukan dan konservasi energi masih belum menarik. Untuk itu, agar kegiatannya dapat ditingkatkan, diperlukan adanya berbagai insentif secara adil dan konsisten. Insentif yang diperlukan, di antaranya, seperti berikut: pemberian insentif pajak berupa penangguhan, keringanan dan pembebasan pajak pertambahan nilai, serta pembebasan pajak bea masuk kepada perusahaan yang bergerak di bidang energi terbarukan dan konservasi energi; penghargaan kepada pelaku usaha yang berprestasi dalam menerapkan prinsip konservasi energi dan pemanfaatan energi terbarukan; penghapusan pajak barang mewah terhadap peralatan energi terbarukan dan konservasi energi; memberikan dana pinjaman bebas bunga untuk bagian enjinering dari investasi pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi.
  2. Pemberian insentif fiskal dan non fiskal tertentu diatur melalui suatu peraturan pemerintah.

c. Kebijakan Harga Energi

  1. Salah satu penghambat berkembangnya energi terbarukan dan konservasi energi secara optimal adalah adanya kebijakan subsidi harga energi yang selama ini diterapkan. Untuk itu, agar keekonomian energi terbarukan dapat bersaing dengan energi konvensional, perlu ditempuh kebijakan yang menyangkut harga energi, di antaranya melanjutkan penghapusan subsidi harga energi secara bertahap dan berencana. 

d. Kebijakan Standardisasi dan Sertifikasi

  1. Standardisasi, sertifikasi dan akreditasi melalui benchmarking dengan lembaga/industri unggulan terus dikembangkan dan ditingkatkan agar dapat meningkatkan daya saing produk dan jasa Indonesia. Kebijakan penerapan standar dengan penandaan dan pelabelan untuk produk teknologi energi diterapkan dan disebarluaskan.
  2. Tujuan pemberlakukan standar adalah untuk memberikan jaminan akan kualitas produk, baik produk energi maupun produk peralatan/sistem energi yang diproduksi di dalam negeri ataupun di luar negeri, yang berhubungan dengan energi terbarukan dan konservasi energi. Dengan terciptanya standardisasi nasional diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada consumen, penghematan menyeluruh pada produsen, dan dapat menjadi landasan pemerintah dalam pembuatan peraturan.
  3. Standar Nasional Indonesia (SNI) Energi terbarukan dan konservasi energi yang menyangkut kesehatan, keamanan, keselamatan dan fungís lingkungan hidup diberlakukan sebagai standar wajib. Permberlakuan standar wajib harus mempertimbangkan kesiapan produsen, kesiapan lembaga sertifikasi/laboratorium penguji, prosedur dan mekanisme.
  4. Kegiatan standardisasi tidak dapat dipisahkan dari akreditasi dan sertifikasi. Kegiatan sertifikasi mempunyai fungsi yang penting, terutama untuk memberikan kemudahan dalam pasar global, jaminan kualitas dalam perdagangan produk dan jasa, dan sebagai alat proteksi bagi masuknya produk bermutu rendah atau tidak memenuhi standar.

e. Kebijakan Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia

  1. Kualitas sumber daya manusia ditingkatkan secara berkesinambungan untuk mengikuti perkembangan yang makin menuntut kecanggihan teknologi, efisiensi dan produktivitas yang tinggi serta kearifan di dalam menangani masalah energi terbarukan dan konservasi energi, terutama dalam hal proses penguasaan dan alih teknologi.
  2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan industri yang terkait. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di bidang energi terbarukan dan konservasi energi perlu ditingkatkan sehingga tenaga-tenaga tersebut mampu mengembangkan industri energi terbarukan dan konservasi energi dalam negeri yang tangguh. Selain itu, profesionalisme sumber daya manusia di bidang jasa dan teknologi energi yang mampu bersaing di pasaran internasional perlu ditingkatkan.

f. Kebijakan Sistem Informasi

  1. Keberadaan dan fungsi pengelolaan informasi energi terbarukan dan konservasi energi secara berkesinambungan terus ditingkatkan dan diterapkan, terutama untuk menciptakan koordinasi yang lebih baik dalam pembangunan energi terbarukan dan konservasi energi, dan meningkatkan daya saing.
  2. Data dan informasi perlu disusun dan dikelola secara terpadu. Untuk itu perlu diciptakan jaringan pengelolaan data energi terbarukan dan konservasi energi (green energy and data management network) yang mampu mengumpulkan, mencatat, dan menghimpun informasi yang berkaitan dengan energi terbarukan dan konservasi energi dan unsur yang terkait dengannya. Hubungan dan koordinasi antara pusat dengan daerah, satu daerah dengan daerah lainnya, diperlukan untuk mewujudkan sistem informasi yang terpadu

g. Kebijakan Penelitian dan Pengembangan

  1. Penelitian dan pengembangan di bidang energi terbarukan dan konservasi energi diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional di bidang penguasaan iptek dalam rangka pengembangan industri yang berkaitan dengan jasa dan teknologi energi terbarukan dan konservasi energi melalui kerja sama dengan lembaga atau industri penelitian dan pengembangan unggulan.
  2. Pola pendekatan dilaksanakan secara serempak yang dimulai dengan memprioritaskan penelitian dan pengembangan yang berkaitan dengan: teknologi energi terbarukan; teknologi energi efisien; dan penggunaan produksi barang dan jasa dalam negeri (local content) melalui kerja sama dengan lembaga atau industri penelitian dan pengembangan unggulan

h. Kebijakan Kelembagaan

  1. Fungsi lembaga yang menangani energi terbarukan dan konservasi energi perlu diperkuat. Untuk itu, diperlukan beberapa kebijakan di antaranya: mengembangkan dan memperkuat jejaring energi terbarukan dan konservasi energi pada tingkat nasional, regional, dan internasional; menyebarluaskan informasi tentang energi terbarukan dan konservasi energi, antara lain melalui kampanye, pendidikan dan pelatihan, dan percontohan; meningkatkan pemahaman semua jajaran Pemerintah dalam hal sense of urgency dan bersinergi pada dan antar lembaga Pemerintah dalam penerapan peraturan mengenai energi terbarukan dan konservasi energi. 

Sumber: Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral  Jakarta, 22 Desember 2003 

SUMBER ENERGI ALTERNATIF MENUJU KETAHANAN ENERGI NASIONAL February 9, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
1 comment so far

Kebutuhan energi merupakan sesuatu yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia saat ini, Energi mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan sesuai kesepakatan dunia dalam World Summit on Sustainable Development (WSSD).

Pemakaian energi dunia untuk waktu mendatang seperti diperkirakan Energy Information Administration (EIA) hingga tahun 2025 masih didominasi oleh bahan bakar dari fosil: minyak, gas alam dan batubara, untuk energi terbarukan masih relatif sedikit. Sedangkan dari segi pemakaian, sumber energi minyak secara global didominasi untuk transportasi, dan ini sampai 2025 diperkirakan masih terus berlanjut meningkat, sedangkan untuk daerah komersial dan tempat tinggal dapat dikatakan tidak banyak perubahan.Kebutuhan listrik dunia diproyeksikan akan meningkat dari 14.275 milyar watt ditahun 2002 melonjak menjadi 26.018 milyar watt ditahun 2025, dan untuk mendapatkan energi listrik tersebut sebagian besar adalah dari batubara yaitu hampir 40%, diikuti dengan gas yang semakin meningkat. (more…)

Pemerintah Sudah Saatnya Kembangkan Energi Surya February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Sudah saatnya pemerintah menyediakan anggaran yang cukup untuk pengembangan dan pemanfaatan sel surya, karena Indonesia merupakan negeri katulistiwa yang energi mataharinya melimpah.

“Energi yang tersimpan dalam cahaya matahari, tak memerlukan proses panjang untuk dapat dimanfaatkan dibanding dengan sumber energi yang tersedia saat ini minyak bumi,” kata Dr Masno Ginting yang dikukuhkan sebagai Ahli Peneliti Utama oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jakarta, Senin.

Selain itu, ujarnya, energi matahari tidak akan pernah punah selama matahari bersinar, hal ini berbeda dengan energi BBM yang hanya dalam beberapa puluh tahun lagi akan habis.

Energi matahari, lanjutnya, juga luar biasa besarnya sekitar 1.300 Watt per m2 tetapi yang sampai ke permukaan bumi pada siang hari dengan cuaca cerah rata-rata 1.000 Watt per m2.

Dengan sel surya juga tidak perlu dikhawatirkan perubahan harga bahan bakar minyak yang tergantung keadaan dunia internasional dan memikirkan subsidi BBM serta perubahan anggaran yang disebabkannya.

“Alokasi anggaran diperlukan untuk melengkapi peralatan yang dibutuhkan untuk memproduksi mulai dari bahan dasar yaitu mengubah kwarsa menjadi bahanpolycrystal, single crystal hingga menjadi wafer yang siap untuk memproduksi sel surya,” katanya.

Indonesia, ujarnya kaya akan bahan baku dan tak perlu mengimpornya seperti di negara-negara lain yang tak memiliki bahan bakunya. Ia mengakui, biaya konversi energi matahari menjadi listrik dengan jumlah kalori yang dihasilkan sumber energi lain seperti air, angin atau BBM masih belum berimbang.

Sampai pada 2000 dilaporkan untuk pengadaan modul sel surya dengan daya sampai ratusan kilo watt harga sistem per watt energi yang dihasilkan adalah sekitar 4,5 dolar AS, bahkan meski pada 2005 harga modul sistem pembangkit energi dengan sel surya dapat diturunkan menjadi 1 dolar AS per Watt.

Meskipun mahal dibanding sumber energi lainnya, menurut dia, sel surya memiliki kelebihan yakni umur hidup yang sangat lama, mencapai sekitar 10 tahun.

Sumber : Republika (29 Nopember 2004)

Pemerintah Akan Bangun 15.000 PLTS February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Pemerintah akan membangun sebanyak 15.000 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 200 unit Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) di Indonesia bagian timur pada 2006.

Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yogo Pratomo di Jakarta, pekan lalu, mengatakan, pembangunan pembangkit berdaya kecil tersebut merupakan upaya pemerintah memenuhi kebutuhan energi listrik di Indonesia bagian timur yang kini tertinggal dibandingkan bagian barat.

“Saat ini terjadi penumpukan daya listrik di Pulau Jawa ketimbang di luar Jawa. Karenanya, pemerintah akan memperbanyak pembangunan PLTS dan PLTM di Indonesia bagian timur,” katanya.

Menurut dia, pemerintah memang telah membangun puluhan ribu unit PLTS di seluruh Indonesia. Namun, mulai 2006, pembangkit jenis itu akan diperbanyak dan difokuskan di wilayah Indonesia timur.

“Setiap unit PLTS berdaya sekitar 100 watt yang diharapkan mencukupi kebutuhan listrik di wilayah terpencil dan pelosok-pelosok wilayah timur Indonesia,” ujarnya.

Yogo mengatakan, investasi awal dalam penyediaan PLTS memang cukup besar yakni antara Rp5-6 juta per unit. Namun, setelah PLTS terpasang, pembangkit tersebut tidak memerlukan biaya pembelian energi lagi untuk menghasilkan listrik. Pasalnya, energi telah terpenuhi secara gratis dari matahari yang sepanjang tahun ada di wilayah Indonesia.

Sementara itu, mengenai PLTM, Yogo mengatakan, pada 2006, pemerintah menargetkan pembangunan 200 unit PLTM dengan kapasitas antara 50-500 kilowatt dengan kebutuhan investasi per kilowatt sekitar Rp20 juta.

Kalau pemerintah merencanakan pembangunan 200 unit pembangkit dengan kapasitas rata-rata 100 kilowatt, kebutuhan dana mencapai Rp400 miliar. “Dana itu diperoleh dari APBN dan PT PLN (Persero),” ujarnya. Jakarta, Sabtu, 5 Nov 2005

Sumber : Kompas.co.id

Pakai Energi Terbarukan : Target Lima Persen Energi Konvensional February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan, draf Rancangan Undang-Undang Energi memuat mekanisme pemberian insentif bagi pengembangan energi terbarukan.

Kini, draf RUU energi sudah di tangan Dewan Perwakilan Rakyat. Undang-undang ini akan menjadi payung pengembangan energi terbarukan yang sangat potensial, kata Direktur Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi (LPE) Yogo Pratomo di sela-sela Dialog Publik Meningkatkan Energi Terbarukan dalam Energy Mix Nasional yang diselenggarakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) di Jakarta, Kamis (25/8).

Meski demikian, pemerintah baru berani mematok sumbangannya lima persen dari konsumsi energi nasional pada tahun 2020. Lima persen itu setara dengan 50.000 megawatt (MW).

Angka lima persen tersebut hanya untuk pembangkit listrik, tidak termasuk energi di bidang transportasi.

Menurut Yogo, keberadaan UU Energi salah satunya dimaksudkan untuk optimalisasi energi terbarukan. Tanpa UU, pengembangannya tidak akan optimal.

Mengenai bentuk dan persentase insentif bagi pengembang energi terbarukan, akan diperjelas dalam peraturan turunan UU Energi. Bisa berupa pengurangan pajak atau bea masuk, kata dia.

Mengherankan (more…)

Konsumen Pro Energi Alternatif Ramah Lingkungan February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Indah Suksmaningsih (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia-YLKI) mengungkapkan, ketika dilakukan survey mengenai konsumsi energi di DKI tahun 2002, diperoleh hasil : 12,9 persen responden ternyata mengetahui bahwa sumber energi tidak terbarukan terbatas jumlahnya dan sekitar 50,75 persen responden mengetahui produk yang menggunakan energi alternatif (dengan contoh pemanas air dari energi matahari). Artinya, isu energi alternatif sudah bukan barang aneh atau hal yang asing bagi sebagian besar konsumen DKI.

Kesediaan Konsumen

Dalam seminar sehari bertajuk “Prospek Energi Alternatif Ramah Lingkungan”, pada 17 Juni 2003 lalu di BPPT, Indah juga mengungkap dukungan konsumen terhadap penghematan energi. Mengacu hasil survey, kata Indah, 87,1 persen responden bersedia membayar lebih mahal untuk produk yang lebih hemat energi dan ada 64,2 persen responden yang menyatakan bahwa program pemerintah yang paling baik untuk menghemat energi adalah dengan pengembangan energi alternatif. (more…)

Aplikasi Hybrid Tenaga Surya February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Badan Pengakajian dan Penerapan Teknologi mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya berbasis hybrid power system Sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), tengah dikembangkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknoloh (BPPT) dan Pemerintah Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. PLTS yang berada di pulau Panelo, Kecamatan Kwandang, Gorontalo itu berbasis hybrid power system.

Menurut Adjat Sudrajat, peneliti pada Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konvensi dan Konservasi Energi BPPT, hybrid power system adalah suatu sistem pembangkit listrik dengabn menggunakan berbagai sumber energi. Dalam konteks remote area power suply systems, hybrid power, menurut Adjat, adalah suatu sistem pembangkit listrik yang menggunakan diesel generator, baterai, sumber energi terbarukan (renewable energy), unit pengkondisian daya berikut peralatan kontrol yang terintegrasi. “Sehingga mampu menghasilkan daya listrik secara efisien pada berbagai kondisi pembebanan,” kata Adjat.

PLTS Panelo, tak urung, menjadi jawaban atas kritik yang muncul selama ini mengenai minimnya pemanfaatan tenaga surya di Indonesia. Dibanding negara lain seperti Jepang, Korea, Jerman, atau China, Indonesia dinilai tak optimal memanfaatkan tenaga surya. Kalaupun ada, tenaga surya hanya dimanfaatkan di daerah terpencil seperti di pengunungan atau pulau yang sulit dijangkau jaringan transmisi listrik. Tenaga yang dihasilkanpun kapasitas dayanya sangat kecil. Selain kapasitas daya kecil, pemanfaatnya juga terbatas. Antara lain penerangan rumah tangga dengan kekuatannya 15 watt. (more…)

Minto, Merancang Energi Surya dari Buku SD February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

MESKI dikenal sebagai penemu dan perancang tenaga surya, Minto (52) “hanyalah” guru kelas VI Sekolah Dasar Prambon 1 Madiun, Jawa Timur. Tahun 1990 ia melahirkan karya inovasi pertamanya tentang energi alternatif terbarukan yang kekal sepanjang masa berupa kompor bertenaga surya.

KOMPOR berbiaya Rp 75.000 dan terbuat dari cermin datar yang biasa dipasang di lemari itu kemudian bisa difungsikan sebagai parabola setelah ditambahkan receiver. Cermin itu ia sambung hingga berbentuk lingkaran dengan diameter dua meter. Bentuknya yang mirip cermin cekung jika diarahkan ke matahari dapat membentuk fokus yang menghasilkan energi panas sampai 600 derajat Celsius.

“Panci aluminium tanpa air ditaruh di fokus akan meleleh. Kompor dengan diameter 190 sentimeter ini bisa mendidihkan satu liter air hanya dalam lima sampai enam menit,” ujar pria kelahiran Desa Mruwak, Kecamatan Dagangan, Madiun, ini.

Minto menelurkan ide-idenya berdasarkan (more…)

Penemu Kompor Surya Diusulkan Terima Penghargaan WHO February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Guru SD Negeri Prambon I Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Minto (52), yang menemukan kompor tenaga surya diusulkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menerima penghargaan WHO (organisasi kesehatan dunia).

“Pak Minto memang kami usulkan menerima penghargaan WHO di bidang kesehatan, karena alat penyuling air tenaga surya yang dirancang pada 2003 telah menghasilkan air yang menyehatkan,” kata peneliti dan pembimbing Minto dari ITS, Ir Syariffuddin Mahmudsyah MSc di Surabaya, Rabu (23/2).

Kepala Pusat Energi Rekayasa Industri dan Ilmu Dasar LPPM ITS Surabaya mengemukakan hal itu seusai berbicara dalam diskusi publik “Penghematan Energi dan Pemanfaatan Energi Alternatif” yang juga mengundang Minto.

Menurut Minto yang hingga kini tetap menjadi guru SD itu, penemuan kompor surya yang ditemukan pada 1991 telah dikembangkan menjadi alat pengering tenaga surya (1998), alat pemanas air tenaga surya (2002), alat penyuling air tenaga surya (2003), dan rumah surya (2004). (more…)

Perlu Keputusan Politik Kembangkan Sel Surya February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Bandung, Kompas – Sebagai negara yang dilewati garis khatulistiwa, Indonesia potensial mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya sebagai alternatif batubara dan diesel. Namun, hingga saat ini sikap pemerintah untuk mengembangkannya dirasa kurang serius.

Ahli sel surya, Wilson Wenas dari Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Selasa (28/10), di Bandung, mengatakan, belum ada keputusan politik untuk mengembangkan teknologi itu sebagai bagian dari industri strategis.

“Kami khawatir jika nantinya teknologi ini berkembang, Indonesia hanya jadi penonton. Padahal, Indonesia mempunyai nilai tambah sebagai negara khatulistiwa yang menerima panas matahari lebih banyak dari negara lain,” katanya. (more…)

Prospek PLTS di Indonesia February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Energi baru dan terbarukan mulai mendapat perhatian sejak terjadinya krisis energi dunia yaitu pada tahun 70-an dan salah satu energi itu adalah energi surya. Energi itu dapat berubah menjadi arus listrik yang searah yaitu dengan menggunakan silikon yang tipis. Sebuah kristal silindris Si diperoleh dengan cara memanaskan Si itu dengan tekanan yang diatur sehingga Si itu berubah menjadi penghantar. Bila kristal silindris itu dipotong stebal 0,3 mm, akan terbentuklah sel-sel silikon yang tipis atau yang disebut juga dengan sel surya fotovoltaik. Sel-sel silikon itu dipasang dengan posisi sejajar/seri dalam sebuah panel yang terbuat dari alumunium atau baja anti karat dan dilindungi oleh kaca atau plastik. Kemudian pada tiap-tiap sambungan sel itu diberi sambungan listrik. Bila sel-sel itu terkena sinar matahari maka pada sambungan itu akan mengalir arus listrik. Besarnya arus/tenaga listrik itu tergantung pada jumlah energi cahaya yang mencapai silikon itu dan luas permukaan sel itu. (more…)

Solar Cell Sumber Energi masa depan yang ramah lingkungan February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Energi adalah satu kata yang mempunyai makna sangat luas karena tidak ada aktivitas di alam raya ini yang bergerak tanpa $(BEF (Bnergi $(B!& (B dan itulah sebabnya kata salah seorang professor di Jepang bahwa hampir semua perselisihan di dunia ini, berpangkal pada perebutan sumber energi.

Secara umum sumber energi dikategorikan menjadi dua bagian yaitu non-renewable energy dan renewable energy. Sumber energi fosil adalah termasuk kelompok yang pertama yang sebagaian besar aktivitas di dunia ini menggunakan energi konvensional ini.

Sekitar tahun delapan puluhan ketika para ahli di Indonesia menawarkan sumber energi alternatif yang banyak digunakan di negara maju yaitu nuklir, banyak terjadi pertentangan dan perdebatan yang cukup panjang sehingga mengkandaskan rencana penggunaan sumber energi yang dinilai sangat membahayakan itu. Diantara usulan yang banyak dilontarkan kala itu adalah mengapa kita tidak menggunakan sumber energi surya. Memang tidak diragukan lagi bahwa solar cell adalah salah satu sumber energi yang ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena tidak ada polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi, dan lagi sumber energinya banyak tersedia di alam, yaitu sinar matahari, terlebih di negeri tropis semacam Indonesia yang menerima sinar matahari sepanjang tahun. (more…)

Solar Power Satellite (SPS) : Alternatif Baru Sumber Energi Listrik untuk Masa Depan February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Abstrak

Sangat terbatasnya sumber daya alam sebagai sumber primer (air, bahan bakar fossil, gas alam, panas bumi, dll.) untuk pembangkitan energi listrik telah memacu diversifikasi pemanfaatan sumber primer lainnya, antara lain energi nuklir dan energi matahari. Kontroversi yang ditimbulkan oleh pembangkit bertenaga nuklir akibat tingkat resiko yang tinggi menyebabkan pembangunan pembangkit jenis ini mengalami pro-kontra dimana-mana. Energi matahari yang bebas pencemaran dan bersifat eternal tidak bisa memberikan kontribusi yang cukup di permukaan bumi karena ketergantungannya pada cuaca dan adanya siklus siang-malam. Sumber energi primer yang eternal dan bebas pencemaran ini kini sedang diusahakan untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin dengan cara menampungnya di angkasa luar dan mengirimkannya ke bumi. Inilah konsep dasar sistem SPS.

Konsep yang ditemukan oleh Dr. P. E. Glaser pada tahun 1968 ini telah membuka cakrawala baru di bidang pemanfaatan maksimal energi matahari. Prinsip dasarnya adalah pengumpulan energi matahari oleh satelit di angkasa luar (pada orbit sinkron bumi), mengirimkan energi tersebut dalam bentuk gelombang radio ke bumi, dan kemudian mengubahnya menjadi energi listrik. Karena pengumpulan energi matahari (dengan sel fotovoltaik) dilakukan di luar angkasa maka pengaruh cuaca dihilangkan dan siklus siang-malam nyaris tak terjadi. Bahkan unjuk kerjanya meningkat tajam karena di luar angkasa (di GEO) panel sel surya akan menerima iluminasi cahaya lebih dari 22 jam untuk setiap harinya. Secara teoritis kapasitas daya yang mampu dibangkitkan oleh sebuah satelit jenis ini cukup besar (5~10 GW) dan dampak lingkungan yang ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan dampak yang ditimbulkan oleh pembangkit berbahan bakar fossil/nuklir. (more…)

Wilson Wenas Gelisah akan Tragedi Sel Surya February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Jean Rizal Layuck (Kompas)

PERASAAN galau bercampur waswas menghinggapi Wilson Walery Wenas PhD ketika berbincang dengan Kompas, Senin (15/12), tentang masa depan listrik tenaga surya di Indonesia. Kepala Laboratorium Riset Semikonduktor Institut Teknologi Bandung ini menyatakan, nasib teknologi listrik tenaga surya yang dikuasai ITB bakal tidak ada manfaatnya apabila pemerintah terlambat menurunkan kebijakan pengembangannya.

Ironisnya lagi, tutur Wilson, jika kemudian Indonesia yang memiliki potensi tinggi di bidang teknologi sel surya (solar cell) ini lalu cuma jadi pasar potensial dari negara tetangga, seperti Thailand, Korea, dan Jepang, yang giat mengembangkan teknologi ini.

“Kalau pemerintah terlambat menurunkan kebijakan pengembangan listrik tenaga surya seperti halnya saat pemerintah enggan memanfaatkan teknologi telepon seluler (handphone/ HP) yang dikuasai ITB sejak 15 tahun lalu, sudah dapat diduga nasib teknologi solar cell ini akan sama dengan teknologi HP. Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi negara produsen solar cell. Ini namanya tragedi,” kata Wilson. (more…)

Mobil Surya Nasional February 7, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Empat Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sepakat akan menggelar Kontes Mobil Surya Nasional mulai tahun 2006 sebagai tindaklanjut dari keberhasilan pelaksanaan Kontes Robot Indonesia (KRI) sejak tahun 1994 dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) sejak tahun 2001.

“Kami sudah sepakat, bahkan Mendiknas juga sudah setuju tentang rencana itu. PTN yang sudah siap adalah ITS, UI, ITB dan UGM, karena itu kami akan mulai dari empat PTN dan akan terus ditingkatkan,” kata Rektor ITS Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA di Surabaya, Senin (16/5).

Ia menjelaskan gagasan untuk menyelenggarakan Kontes Mobil Surya Nasional sudah dibicarakan secara matang oleh keempat PTN di sela-sela acara KRI di kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, Jakarta yang dibuka Mendiknas pada 14 Mei dan ditutup Dirjen Dikti Prof Dr Satryo Sumantri Brodjonegoro pada 15 Mei itu.

“Kalau kontes robot memiliki kesamaan dalam berat dan dimensi (panjang, lebar, tinggi), maka kontes mobil surya itu memiliki kesamaan dalam ukuran solar cell (panel surya) dan aki (batere penyimpan energi),” katanya. (more…)

Energi Surya: Alternatif Sumber Energi Masa Depan di Indonesia February 1, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi diprediksikan akan meningkat sebesar 70 persen antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber energi yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7 persen dari total kebutuhan energi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber cadangan baru.Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen), serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan [seperti turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi], tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu sumber yang cukup menjanjikan.

Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 persen saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 persen sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.

Energy surya atau dalam dunia internasional lebih dikenal sebagai solar cell atau photovoltaic cell, merupakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, yang mampu merubah energi sinar matahari menjadi energi listrik.

Pengertian photovoltaic sendiri merupakan proses merubah cahaya menjadi energi listrik. Oleh karena itu bidang penelitian yang berkenaan dengan energi surya ini sering juga dikenal dengan penelitian photovoltaic. Kata photovoltaic sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Yunani photos yang berarti cahaya dan
volta yang merupakan nama ahli fisika dari Italia yang menemukan tegangan listrik. Sehingga secara bahasa dapat diartikan sebagai cahaya dan listrik  photovoltaic. (more…)

Teknologi Sel Surya untuk Energi Masa Depan February 1, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sebenarnya sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1% saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10% sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini. Perkembangan yang pesat dari industri sel surya (solar sel) di mana pada tahun 2004 telah menyentuh level 1000 MW membuat banyak kalangan semakin melirik sumber energi masa depan yang sangat menjanjikan ini.Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh permukaan bumi sebesar 69% dari total energi pancaran matahari [1]. Suplai energi surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu mencapai 3 x 10<SUP)24< sup> joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt [1]. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0.1% saja permukaan bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10% sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini [2].Cara kerja sel surya adalah dengan memanfaatkan teori cahaya sebagai partikel. Sebagaimana diketahui bahwa cahaya baik yang tampak maupun yang tidak tampak memiliki dua buah sifat yaitu dapat sebagai gelombang dan dapat sebagai partikel yang disebut dengan photon. Penemuan ini pertama kali diungkapkan oleh Einstein pada tahun 1905. Energi yang dipancarkan oleh sebuah cahaya dengan panjang gelombang L dan  frekuensi photon V dirumuskan dengan persamaan:

E = h.c/L

Dengan h adalah konstanta Plancks (6.62 x 10-34 J.s) dan c adalah kecepatan cahaya dalam vakum (3.00 x 108 m/s). Persamaan di atas juga menunjukkan bahwa photon dapat dilihat sebagai sebuah partikel energi atau sebagai gelombang dengan panjang gelombang dan frekuensi tertentu [3]. Dengan menggunakan sebuah divais semikonduktor yang memiliki permukaan yang luas dan terdiri dari rangkaian dioda tipe p dan n, cahaya yang datang akan mampu dirubah menjadi energi listrik.

Hingga saat ini (more…)

Solar Cells Generasi ketiga: Teknologi Nano February 1, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Dr. Brian Yuliarto
Jangan Berdiam di ”Comfort Zone”!

Seorang doktor di bidang nano technology yang baru menyelesaikan program post doctoral di Energy Technology Research Institute, National Institute of Advanced Industrial Science and Technology Jepang. Sampai saat ini masih terlihat bersemangat menyerukan penyelamatan negara lewat wacana energi alternatif. Simak obrolan hangat dari pandangannya mengenai ancaman akan permasalahan energi hingga pandangannya mengenai gerakan mahasiswa saat ini, kepada Kampus yang berlangsung di kampus ITB.

Mengapa sekarang fokus ke energi?

Karena energi itu masalah penting dan fundamen. Masalahnya pertahanan energi kita tidak kuat. Indikasinya ketika harga minyak dunia naik, maka harga bahan bakar minyak (BBM) pun naik tanpa melihat daya beli masyarakat yang lemah. Ini sebenarnya pola pemerintah yang masih berpikir linier. Ketika minyak dunia naik, APBN defisit, harga BBM harus naik juga. Padahal, ketika minyak naik, BBM nggak perlu naik. Caranya, bahan bakar minyaknya ini kita ubah. Ganti dengan energi alternatif, contoh dengan batu bara yang lebih murah. Di situlah kita butuh kebijakan energi yang tangguh, salah satunya dengan mempercepat proses diversifikasi energi.

Dari mana kita bisa memulai diversifikasi energi? (more…)

Solar Cells bisa Ekonomis January 30, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

Energi surya bisa segera dimulai pengembangannya secara besar-besaran di Indonesia dengan penemuan sel surya (solar-cell) tipe dye sensitive. Teknologi ini jauh lebih ekonomis dari silikon sehingga tak memerlukan investasi mahal.

“Selama ini, meski Indonesia negara tropis yang sinar mataharinya melimpah ruah, energi surya tak bisa dikembangkan secara optimal karena investasinya sangat mahal dan sel suryanya masih diimpor,” kata Pakar Teknik Fisika ITB, Dr. Brian Yuliarto, di sela Konferensi Internasional Advanced Material and Practical Nanotechnology di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten, Senin (4/9).

Sel surya tipe dye sensitive menggunakan bahan Titanium Dioksida (TiO2), Seng Dioksida (ZnO2) atau sejenisnya. Material tersebut dapat menggantikan fungsi silikon yang saat ini menghabiskan 70 persen dari harga sel surya itu sendiri.

“Proses pembuatan sel surya dengan silikon memerlukan peralatan khusus yang mahal dan ruang yang bersih sehingga harga sel surya menjadi mahal dan menghambat masyarakat menggunakan tenaga matahari,” katanya. Sedangkan, harga TiO2 dan ZnO2, ujar penemu sel surya tipe dye sensitive itu, seperempat lebih murah harga silikon.

“Itulah mengapa dibandingkan dengan harga listrik PLN, listrik dari sistem surya itu lebih mahal 30 kalinya. Jika listrik PLN harus dibayar Rp100 ribu per bulan, maka listrik dari sel surya memerlukan investasi awal Rp3 juta, meski untuk seterusnya tak perlu membayar, namun daya tahannya sudah habis sebelum investasi itu balik modal,” katanya.

Namun ia mengakui, jika efisiensi energi surya dari bahan silikon mencapai 24 persen, TiO2 hanya 11 persen, bahkan ZnO2 lebih rendah lagi. Tapi, di masa depan tipe dye sensitive ini akan semakin efisien.

Pada 2008, setelah paten sel surya habis masa berlakunya dan energi surya semakin efisien, ujarnya, maka dunia akan besar-besaran menggunakan sel surya sebagai energi alternatif. “Untuk sekarang, seharusnya sudah dimulai penggunaan energi surya untuk lampu-lampu jalan dan rambu lalu lintas di Jakarta,” ujarnya.

Sumber : Antara/Kompas/Wah/WB

Teknologi Sel Surya: Perkembangan Dewasa Ini dan yang Akan Datang January 30, 2007

Posted by tfugm02 in Energi Alternatif.
add a comment

solar.jpg

Masalah energi tampaknya akan tetap menjadi topik yang hangat sepanjang peradaban umat manusia. Upaya mencari sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil masih tetap ramai dibicarakan.
Ada beberapa energi alam sebagai energi alternatif yang bersih, tidak berpolusi, aman dan dengan persediaan yang tidak terbatas. Di antaranya adalah energi surya, angin, gelombang dan perbedaan suhu air laut. Di masa yang akan datang, dengan adanya kebutuhan energi yang makin besar, penggunaan sumber energi listrik yang beragam tampaknya tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu, pengkajian terhadap berbagai sumber energi baru tidak akan pernah menjadi langkah yang sia-sia. Tulisan ini akan membahas perkembangan teknologi sel surya dewasa ini sebagai komponen utama untuk pembangkit listrik tenaga matahari dan prospeknya di masa depan dengan penekanan pada material pembentukan sel surya itu sendiri.
Fotovoltaik dan permasalahannya Teknologi fotovoltaik yang mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan divais semikonduktor yang disebut sel surya (solar cells) merupakan salah satu pilihan yang menarik. Apalagi buat
Indonesia yang terletak di katulistiwa dan terdiri dari banyak kepuluan dan pegunungan yang menyulitkan penyebaran jaringan transmisi listrik. Secara umum listrik tenaga surya ini sudah dapat diterima sebagai sumber energi alternatif. Persoalan yang ada sekarang adalah harganya yang masih mahal dibandingkan dengan listrik yang dibangkitkan dengan sumber energi lain, sehingga penggunaannya sekarang terbatas hanya dalam skala kecil seperti pada barang-barang elektronik dan juga digunakan sebagai pembangkit listrik pada daerah-daerah yang masih sulit dijangkau oleh jaringan listrik. Usaha untuk menurunkan harga panel sel surya dapat dilakukan dengan menaikkan efisiensi (konversi) dari sel tersebut yaitu parameter yang menyatakan prosentase dari besarnya energi listrik yang bisa dihasilkan oleh sel surya dibandingkan dengan besarnya energi cahaya yang diterima. Usaha lain adalah perlunya kampanye penggunaan secara massal dari sel surya ini untuk dapat meningkatkan volume produksinya. Dengan menaikkan efisiensi dari sel surya, disamping menurunkan harga pembuatannya, juga akan memperkecil luas permukaan modulnya untuk daya keluaran yang sama, sehingga lebih menghemat tempat.
(more…)